Pasir pantai bak mutiara
tika disimbah sinar suria
dicoret satu nama padanya
Bimbang... resah... gelisah
tatkala suria lenyap
sebalik mega hitam
Telapak tangan yang kecil
cuba melindungi
agar nama tak cacat
dek tumpahan gerimis
Sekelip mata...
datang ombak besar
lenyap nama
bersama pencatatnya
tinggalkan kenangan
dalam ingatan...
Aksara ku susun membentuk bicara, Walau sepi tanpa suara, Kalimah bisu tetap bermakna, Biarkan tinta terus berkata-kata...
Isnin, 3 Februari 2014
Ahad, 2 Februari 2014
Si kunang-kunang
Indahnya...
jadi kunang-kunang
bawa cahaya ke mana saja
tak gusar jika mega menyembunyi kerdip bintang
tak endah tika rembulan rajuk pada si pungguk
tak kisah jika TNB potong elektrik
jadi kunang-kunang
bawa cahaya ke mana saja
tak gusar jika mega menyembunyi kerdip bintang
tak endah tika rembulan rajuk pada si pungguk
tak kisah jika TNB potong elektrik
Sabtu, 1 Februari 2014
Simpang
Andai jalan ini
Terlihat banyak
simpang
Mana yang
harus aku pilih
Mana yang
harus aku tuju
Kiri atau
kanan atau berpatah balik ke belakang?
Bolehkah
aku duduk diam di tengah-tengah
Sambil menanti
lori ayam melanggar aku
Sampai jatuh
kecepek lalu mati
Agar aku tak
perlu memilih
Agar aku tak pening kepala buat keputusan
Jumaat, 31 Januari 2014
Indahnya
Indahnya
Menatap kerdipan kunang-kunang dalam gelita
Saat bulan dan bintang bersembunyi di sebalik awan
Sama seperti indahnya
Saat mencoret puisi
Mencurah makna hati dalam bentuk majazi
Tika tiada suara sahabat memujuk rawan
Saat tembok bisu menjadi teman...
Menatap kerdipan kunang-kunang dalam gelita
Saat bulan dan bintang bersembunyi di sebalik awan
Sama seperti indahnya
Saat mencoret puisi
Mencurah makna hati dalam bentuk majazi
Tika tiada suara sahabat memujuk rawan
Saat tembok bisu menjadi teman...
Langgan:
Catatan (Atom)